Laman

Sabtu, 26 November 2011

Sistem Polder

Untuk teman-teman Alumni SD Masehi Poncol Semarang yang kebetulan membahas tentang sekolahnya dan stasiun kenangannya, Poncol, yang selalu kebanjiran di Facebook Group SD Masehi Poncol Semarang, saya ingin berbagi tentang sistem polder yang merupakan salah satu cara untuk mengatasi problem umum kota kita tercinta Semarang yaitu ROB.



 (gambar tempointeraktif.com)
Ada tiga masalah utama dalam pengelolan air, yakni air yang terlalu banyak, air yang terlalu sedikit, dan air bermutu buruk. Di musim hujan jumlah berlimpah sehingga terjadi banjir. Di sisi lain di saat musim kemarau minimumnya persedian air mengakibatkan terjadinya kekeringan. Masalah lain terutama di Jakarta dan kota besar lainnya (Semarang), seandainya air ada di sungai atau waduk mutunya juga sangat rendah. Jangankan untuk dikonsumsi manusia, untuk menyiram tanaman pun juga tak layak.

Dengan sistem polder
hal tersebut bisa ditangani secara lebih terintegrasi. Sistem polder bukanlah penghilangan banjir yang semata-mata hanya menjaga satu kawasan terbebas dan banjir. Sistem ini mengelola lingkungan agar bersahat dengan air. Di musim hujan tidak tergenang sementara itu di musim kemarau air yang tersimpan di waduk biasa mencegah penurunan drastis muka air tanah di kawasan tersebut. Di samping itu kualitas air yang masuk kedalam waduk dapat lebih mudah dikontrol sedemikian rupa sehinga risiko terjadinya pencemaran bisa dikurangi. Secara sosiaI. waduk juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi.

Sejarah Polder dimulai dari Negeri Belanda dan telah memiliki riwayat panjang. Keberhasilannya juga sudah teruji. Saat ini sekitar 65 % dari Negeri Belanda akan banjir jika tidak ada sistem polder. Jika sekarang kita metihat sistem polder di negeri Belanda maka kita melihat suatu sistem yang tertata dan teratur. Tak ada yang menyangka bahwa hal ini bisa terjadi akibat pengembangan system lahan dan air yang berangsur-angsur sejak seribu tahun yang lalu.
Sistem polder ini diawali ketika para petani yang selalu memberi patok terhadap lahan gambut garapannya. Mereka mengolah tanah gambut tersebut dengan membuat parit dan kanal. Tapi kenyataannya sistem drainase kanal terbuka buatan manusia tersebut ternyata memicu penurunan level tanah (subsidence). Ini mengancam kawasan mereka yang akan tenggelam jika tidak membuat pelindung banjir dan tindakan-tindakan pengelolaan air. Agar tak terjadi banjir para petani berpikir sederhana yaitu dengan membangun tanggul. Pertama kali bangsa Belanda mengenal tanggul kira-kira 1000 tahun yang lalu. Sejak itu pula, tanggul dan sistem polder disempurnakan dan diperluas penggunaannya.
Semakin lama sistem polder semakin diakui sebagai suatu solusi untuk menghindarkan satu kawasan rendah dari bencana banjir.
Melihat kecenderungan meningkatnya muka air laut pada masa mendatang maka banyak negara akan berusaha rnenyiasati hal itu. Menggunakan sistem polder dianggap merupakan pilihan yang efektif untuk mengamankan permukiman dan aset umum dari banjir di daerah pantai.


Polder adalah suatu daerah tertutup (dengan bantuan tanggul) yang tinggi muka airnya sengaja dikontrol dengan menggunakan pompa.



Dengan menggunakan sistem ini suatu kawaan akan terjaga jumlah airnya meskipun di musim hujan. Kondisi seperti ini sekaligus membebaskan wilayah tersebut dari ancaman banjir.

Dengan system ini daerah yang muka tanahnya berada di bawah permukaan air laut pun bisa terbebas dan banjir di saat musim hujan. Tak hanya itu, ketinggian air tanah di sekitar kawasan juga bisa terjaga disaat musim kemarau tiba.
Bagaimana sistem polder bekerja ?. Sistem polder bisa dibuat untuk satu kawasan dengan luas bervariasi dari puluhan hingga ribuan hektarar. Kawasan yang berpotensi banjir tersebut diberi batas keliling yang juga rnerupakan batas hidroIogi. Air dari daerah lain tidak bisa masuk ke daerah polder. Meskipun demikian air tak seluruhnya bisa ditahan karena ada air yang berasal dari rembesan (seepage) dan air yang berasal dari hujan yang turun di kawasan tersebut. Air-air ini harus dikelola secara benar agar tidak menyebabkan banjir di dataran kawasan itu sendiri.
Dalam suatu polder muka air terbuka dapat dikendalikan sesuai dengan keinginan dan tinggi muka air di dalam polder tidak sama dengan muka air regional yang ada seperti muka air laut atau muka air sungai. Apabila muka air sebelah luar secara permanen berada di atas level polder sebelah dalam, genangan hanya dapat dihindarkan dengan memompa air yang berlebih keluar dari polder bersangkutan.

Untuk dapat menjalankan fungsinya secara efektif polder dilengkapi dengan sejumlah elemen:
  • Tanggul/dinding penahan limpasan air,
  • Sungai/kanal,
  • Waduk,
  • Saluran internal,
  • Pompa,
  • Pintu air
Elemen-elemen ini bekerja dalam dua system besar yaitu system perlundungan banjir dan sistem pengelolaan air internal.


Sumber : Indonesian Land Reclamation & Water Management Institute, Sistem Polder & Tanggul Laut Penan ganan banjir secara madani di Jakarta, Sawarendro.

2 komentar:

  1. Kalau kita petakan daerah sekitar st. ka. Semarang Poncol dan Tawang disana melintas sungai tengah kota yang harus dijadikan tulang punggung pengaturan air kali2 kecil disekitar daerah situ berikut sistem buka tutup dan pemompaan ...

    ---> Peta sekitar ST KA Semarang Poncol-Tawang

    semoga mendatang ada evolusi modernisasi kota Semarang sehingga dapat menjadi kota pantai, budaya dan kota atas... seperti pernah di prediksikan oleh para ahli.

    Matur nuwun Pak info nostalgianya.

    BalasHapus
  2. Pak SM, setahu saya kota Semarang sudah mulai menuju polderisasi. Didepan St. Tawang sudah dibangun waduk. Hanya mungkin ? belum direncanakan untuk Semarang secara menyeluruh, baru partial untuk Tawang dsk. Untuk membangun sistem polder secara menyeluruh tentu saja terkendala biaya. Maaf barangkali saya salah karena memang tidak yahu konsep polder Semarang. Mudah2 an ada pembaca yang mengetahui dan mau share disini. Salam

    BalasHapus