Laman

Selasa, 14 Desember 2010

Keistimewaan Yogya (lagi-lagi)

Ini menurut Daoed Joesoef (84) bukan orang Yogya, menetap tiga tahun (1946-1949) di Yogyakarta, beristri orang Yogya (Sri Sulastri)
 Menurut Beliau, keistimewaan DIY itu terdiri atas tiga lapis.
Lapis pertama, menghadapi penjajah Belanda dan Jepang. ”Mereka melawan dengan cara mereka sendiri.” Lapis kedua, menerima kehadiran orang dan budaya China dan Arab, tetapi justru ”menjawakan” Arab dan China. Lapis ketiga, menerima pengaruh agama Hindu dan Buddha, tetapi kejawaan mereka tak larut.
Jadi sebaiknya penetapan atau pemilihan? ”Pemilihan kepala daerah kan hanya salah satu bentuk demokrasi. Masih ada bentuk lain. Piagam PBB membolehkan adanya auto determination. Jadi jangan ajari orang Yogya berdemokrasi ibarat ngajari ikan berenang.”

Yogya pun tak akan mau kepala pemerintahannya berumur 80 tahun atau tidak becus. ”Mereka akan temukan sendiri kiatnya. Wacana keistimewaan Yogyakarta saat ini ibarat gunung es kerapuhan dasar pembentukan negara kita,” tegasnya.

Sebagai bahan renungan. kompas.com Selasa, 14 Desember 2010 | 09:01 WIB

3 komentar:

  1. Anonim14/12/10

    Satu lagi keistimewaan Yogyakarta. Dulu ibukota Indonesia disana.

    BalasHapus
  2. Anonim19/12/10

    salam kenal.
    harap mampir - mampir

    BalasHapus
  3. persoalannya sebenarnya sangat simpel. akomodasi sasja suara mayoritas rakyat yogya yang menghendaki penetapan. persoalan pun beres. bukankah vox populi vox dai?

    BalasHapus